Pengalaman Pribadi: Lolos CPNS 2017, Tips dan Cara Belajar SKD


Antusiasme untuk menjadi PNS atau ASN (Aparatur Sipil Negara) tidak pernah surut di setiap tahunnya. Perbaruan sistem seleksi menjadi CAT (Computer Assisted Test) selain mempermudah juga membantu peserta agar tersaring secara jujur. Nol rupiah. Namaku Fidyah, dan aku lolos CPNS di Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian tahun 2017. Berikut adalah pengalamanku bisa lolos CPNS secara jujur.

Aku lulus sebagai dokter hewan persis di akhir tahun 2014. Tahun 2015 adalah awal mula aku menapaki dunia kerja, tapi tidak terbersit setitik pun keinginan menjadi PNS. Orangtuaku bekerja di perusahaan swasta, dan aku pun berpikir untuk mengikuti mereka. Kebetulan di tahun 2015 tidak ada lagi penerimaan CPNS (terakhir 2014) karena masa moratorium. Pilihan untuk dapat bekerja di instansi pemerintah adalah menjadi honorer dan itu pun akan sulit tanpa koneksi (menurutku). Maka aku bekerja di perusahaan swasta dan berpindah ke 2 klinik hewan dalam kurun waktu 3 tahun.

Tahun 2016 aku berkenalan dengan seorang dokter hewan lain yang pernah mengikuti tes CPNS tahun 2014, dia lebih tua setahun daripada aku. Didorong rasa penasaran, aku bertanya tentang seperti apa prosesnya. Dia bercerita bahwa ada seleksi kompetensi dasar (SKD) yang harus dilalui dengan tidak mudah. Ada 3 komponen dalam SKD, yaitu TKP (Tes Karakteristik Pribadi), TIU (Tes Intelegensia Umum), dan TWK (Tes Wawasan Kebangsaan). Temanku menuturkan bahwa TWK itulah momoknya. Mau tak mau harus membuka lagi pelajaran PPKN dan Sejarah di masa sekolah. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Tidak ada keinginan untuk mengikuti tes semacam itu saat itu. Ada pula pemahaman umum dimana memilih lokasi yang jauh dan terpencil akan memperbesar peluang diterima. Keterima di 5 kota besar di Jawa? Hampir mustahil menurutnya. Banyak orang berharap meski diterima di lokasi jauh/ terpencil nantinya bisa mengajukan pindah ke kantor dekat rumah.

Tahun 2017 di sekitar bulan Maret, aku mendengar selentingan info dari grup alumni ada penerimaan CPNS tahap I di Kemenkumham dan Mahkamah Agung. Tentunya tidak ada formasi dokter hewan disana. Saat itu aku sedang aktif mengurus pengajuan SIP (Surat Ijin Praktek) untuk dokter hewan di Semarang. Bolak-balik ke Dinas Pertanian Kota Semarang dan melihat suasana di kantor dinas, bertemu dengan dokter hewan yang ada disana, membuatku berpikir bahwa mungkin kerja di dinas itu enak. Maksudku enak disini adalah cocok untuk calon ibu sepertiku. Kerja di jam teratur, bisa mengurus suami dan anak di rumah, tidak perlu drama untuk mendapat hari libur lebaran, dan yang paling penting adalah tidak ada panggilan emergency dari pasien di malam hari. Aku pun mulai berangan-angan apabila ada penerimaan bagi dokter hewan.

Beberapa bulan kemudian, di bulan Agustus ada info penerimaan CPNS 2017 tahap II, saat itu semua Kementerian dan Lembaga (K/L) membuka formasi. Aku mulai mencari tau formasi dokter hewan ada dimana, rupanya cukup beragam. Pertimbanganku saat itu adalah LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan Kementan (Kementerian Pertanian). LIPI dan KLHK hanya menyediakan sedikit formasi bagi dokter hewan, itu pun banyak formasi yang mengharuskan S2 di LIPI. Di Kementan ada banyak formasi terutama jabatan Medik Veteriner. Total 28 formasi. Aku ragu awalnya, karena bayanganku saat itu Medik Veteriner akan bekerja di Dinas Peternakan, di lapangan, yang berjibaku dengan ternak besar (sapi, kambing, kuda) yang aku merasa kurang passion. Aku mempertimbangkan jabatan sebagai auditor yang hanya ada 2 formasi. Aku menyatakan niatku mendaftar hanya pada orang tua dan calon mertua (camer), juga pacar. Kebetulan calon mertuaku tinggal di Kota Salatiga dimana aku cukup sering kesana tiap 2 minggu sekaligus menengok rumah orang tuaku sendiri yang kosong (orang tua di Jawa Timur). Pacarku sendiri bekerja di Bandung. Berkat saran bapak camer (sekarang bukan calon lagi 😀) aku memberanikan memilih Medik Veteriner yang peluangnya terbanyak.

Tahap pertama adalah Seleksi Administrasi. Beruntung di dekat tempat kerjaku masih ada warnet yang aktif (kerja di Semarang tidak bawa laptop). Aku mulai proses pendaftaran dan memilih-milih formasi. Urut dari mulai memilih K/L, memilih formasi jabatan, memilih kantornya. Ya, kantornya langsung. Awal mendaftar aku masih bimbang antara memilih BBUSKP (Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian) di Jakarta, atau Stasiun Karantina Pertanian (SKP) Kelas I Samarinda. Aku punya budhe di di dua kota itu. Pacarku pernah berkata bahwa akan lebih mudah setelah menikah jika aku kerja di Jakarta atau Bandung. Sementara ada godaan lain untuk mendaftar di Pusvetma (Pusat Veterinaria Farma) di Surabaya dimana pasti akan lebih dekat dengan orang tuaku sendiri (tapi kuotanya sedikit). Aku memutuskan keluar dari warnet untuk berpikir kembali. Toh entah kenapa tiap aku memilih kantornya koneksi terputus. Mungkin karena saking ramenya server saat itu. Setelah diskusi dengan orang terdekat dan berpikir sendiri, akhirnya kuputuskan memilih BBUSKP di Jakarta. Aku coba iseng daftar lewat handphone  dan berpikir pasti koneksi terputus lagi. Dengan santainya memilih dan 'klik' ternyata nyambung. Aku tidak bisa mengkoreksi lagi. BBUSKP lah tujuanku.

Berhubung aku masih sangat awam dengan SKD apalagi SKB (Seleksi Kompetensi Bidang, pertama kali diadakan tahun 2017), aku pergi ke Gramedia mencari buku latihan CPNS. Aku mencari yang spesifik ada uraian materi, karena aku tipe yang sulit belajar hanya dengan mengerjakan soal langsung. Terutama materi TWK. Entah sudah kemana buku-buku PPKN dan Sejarah jaman sekolah. Mau browsing pun kebenarannya diragukan. Mau cari PDF gratisan di internet juga super ribet, banyak website menjanjikan lolos CPNS dengan beragam iklan dan tulisan warna-warni membuat pening kepala. Lebih baik secara 'real' langsung ke toko buku. Sedikit berinvestasi tidak masalah. Saat itu aku membeli buku latihan seharga + 150 ribu.

Aku biasa masuk kerja jam 12 siang - 9 malam atau 8 pagi - 5 sore saat weekend, libur di hari Selasa. Aku menjadwalkan belajar 2-3 jam per hari. Dimulai dengan membaca materi. Aku kalkulasi jumlah hari menuju tanggal tes SKD dan membagi jadwal antara membaca serta mengerjakan soal. 
Pola belajarku seperti ini:

1. Mengawali dengan menghabiskan bacaan materi TWK, karena ini momok, jadi harus ada prior knowledge di otak terlebih dahulu sekaligus memanggil memori-memori lama pelajaran kebangsaan. Dalam 2-3 jam per hari itu fokus, membaca ya membaca saja, mengerjakan soal ya mengerjakan soal saja. Oh ya, di hari libur porsi belajar ditambah menjadi 5-6 jam.

2. Tiap dua hari mengerjakan 1 paket soal latihan (dalam buku ada 4-5 paket), kemudian mengkoreksi dan evaluasi kesalahan. Ketika ada yang salah wajib tau kenapa salahnya dan bagaimana jawaban yang benar. Jumlah nilainya. Sudah mencapai nilai ambang batas belum? Meningkatkah nilainya dari latihan sebelumnya. Penting untuk menilai diri sendiri agar tau perkembangan kemampuan dan bisa meminimalisir jumlah salah.

3. Aku membaca materi tambahan soal-soal dari internet terutama TWK, tapi kenyataannya nggak ada satupun soal yang benar-benar keluar 😁 Justru tips untuk menaklukkan TWK adalah menghafal (literally menghafal) isi UUD dan makna Pancasila. Aku belajar dari sebuah aplikasi di Playstore. Setiap sepulang kerja (di luar 2-3 jam tadi) aku sempatkan menghafal pasal-pasal UUD. Bukan, bukan nomor pasalnya yang dihafalkan, tapi isinya, kontennya. Misalnya apa saja syarat menjadi presiden, kasus perdata dibawa ke Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi.

4. Soal latihan TKP bebas dikerjakan kapan saja (tetap dikoreksi juga) karena tidak membutuhkan banyak berpikir. Bahkan ketika sedang suntuk belajar TIU atau TWK, aku memilih mengerjakan TKP daripada berhenti belajar. Prinsipnya cuma satu 'berpura-pura jadi manusia sempurna'. Ya, pasti di luar sana banyak pendapat bahwa TKP dikerjakan sesuai hati saja, tidak perlu berpikir, tapi heii....sistem CAT bekerja dengan angka, tidak peduli bagaimana perasaan dan sifatmu sebenarnya, bukan HRD atau psikolog yang menilai, jadi ya, jadilah manusia sempurna dalam mengerjakan TKP walau sedikit mengkhianati hati.

5. Bebasin diri dari yang namanya too much information. Ada kalanya di grup atau komunitas facebook ramai membahas tentang materi SKD. Informasi simpang siur, pertanyaan-pertanyaan kegalauan dari orang lain justru membuat tidak fokus. Hal yang perlu diketahui hanya tanggal SKD, jam berapa, pakai baju apa, perlu membawa apa saja. Titik. 

Sesiap apapun dalam belajar, nyatanya aku di hari tes tetap deg-degan. Berpakaian sesuai ketentuan dan bawa semua berkas asli (ijazah dll) itu penting. Tidak perlu bawa perhiasan atau jimat-jimat. Percaya saja sama Allah. Jika sudah ditakdirkan PNS pastilah mulus jalannya. Oya, tidak lupa aku minta doa ke orang tua, camer, kakek nenek, dan pacar. Di ruang SKD disediakan pensil dan kertas buram. Aku mengerjakan urut tapi untuk soal yang susah aku lewati dahulu. Ada soal TIU yang paling aku ingat sampai saat ini yaitu soal deret angka. Di buku latihan soal deret angka maksimal harus dipecahkan sampai 3 tingkat. Di soal SKD harus 5-6 tingkat baru bisa. Dulu aku mencoba mengerjakan paling akhir agar bisa konsentrasi, tidak terburu waktu. Seperti saat latihan, aku tetap mencoba mengkoreksi dan menghitung sendiri kira-kira jumlah salah dan benar (walaupun menurutku sendiri). Kalau belum mencapai ambang batas aku coba evaluasi dan koreksi soal yang aku anggap salah sebelum waktu habis. 

Alhamdulillah, nilai SKDku saat itu cukup tinggi, 380. Nilai itu menjadi nilai tertinggi di Kota Semarang sampai saat hari aku tes (nama peserta berawalan huruf A-F) dan menjadi yang tertinggi se-nasional untuk formasi Medik Veteriner di BBUSKP. Ada hal mengapa aku nekat memilih Jakarta, yang pasti banyak orang memperebutkannya. Alasanku hanya satu, usaha yang aku lakukan untuk lolos adalah sama, jadi memilih Jakarta menurutku menjadi motivasi tersendiri untuk belajar lebih keras. Meski bila nantinya tidak lolos kurasa lebih baik begitu, daripada nantinya menyesal harus ditempatkan di kota yang jauh.

Sekian ceritaku tentang lolos SKD. Intinya tidak ada yang tidak mungkin, tetap hidup jujur dan semangat. Satu lagi, mengikuti anjuran camer, masa-masa penerimaan CPNS aku mencoba rajin sholat tahajud dan sholat hajat. Ora et labora, berdoa dan berusaha. 😇

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nonograms Tutorial, Game yang (Katanya) Sulit

Cerita Unik Penuh Hikmah di Webtoon ‘Tales Of The Unusual’ -part 1-

Cerita Unik Penuh Hikmah di Webtoon 'Tales Of The Unusual' -part 3.end-