Pengalaman Pribadi Menyikapi Alarm Bahaya/ Pelecehan

Aku putuskan menuliskan ini setelah merasa gemas sekaligus risih dengan berita-berita maupun video sharing tentang pelecehan seksual yang berujung pemerkosaan/ pembunuhan. Ih..serem banget ya!! Aku adalah wanita usia 29 tahun dan sudah pernah tinggal mandiri jauh dari orang tua di 6 kota berbeda. Berbagai pengalaman tidak menyenangkan terkait pelecehan sudah pernah aku alami dan Alhamdulillah aku bisa mengatasinya. Berikut beberapa pengalamanku yang mungkin bisa jadi inspirasi buat teman-teman wanita agar terhindar dari pelecehan.

1. Guru yang suka senyum
Kejadian ini terjadi saat aku masih kecil di Kota Malang. Aku masih kelas 1 SD waktu itu dan diikutkan ibu untuk belajar mengaji di masjid dekat rumah. Ada satu guru yang mengajar, guru laki-laki. Aku dan beberapa teman (perempuan) mengaji tiap sore 2-3x seminggu. Mungkin saat kecil tingkat kewaspadaanku sudah tinggi, aku merasa aneh melihat guruku sering senyum genit sambil bergurau pada kami murid-muridnya. Hal itu cukup sering dan aku merasa tidak nyaman. Apalagi wajahnya yang bisa terbilang 'good looking' membuat senyumannya terasa jahat. Jumlah muridnya tak banyak, kadang hanya ada berdua atau bertiga. Aku ngeri membayangkan jika hanya aku yang berangkat (murid ngaji kan suka membolos) dan guru itu semakin genit atau lebih dari itu. Akhirnya aku cerita ke ibu kalau guruku suka senyum-senyum aneh. Ibuku pun memutuskan mengajariku sendiri mengaji di rumah.

Poin: Perasaan tidak nyaman adalah alarm/ sinyal pertama dari suatu bahaya. Ketika merasakan hal tersebut kita sebaiknya segera menghindar, menjauh, atau mencari pertolongan.


2. Om yang suka mengelus dagu
Aku tumbuh besar di kabupaten Semarang yang berbatasan langsung dengan Kota Salatiga. Kebetulan ayahku bekerja di salah satu perusahaan swasta disana dan kami sekeluarga tinggal di perumahan/ mess dalam lingkungan perusahaan tersebut. Saat itu aku masih berumur sekitar 12-14 tahun/ SMP sehingga memanggil karyawan disana dengan sebutan 'om'. Suatu siang aku pergi ke kantin di lingkungan tersebut untuk jajan dan banyak bertemu om karyawan disana. Sebagian besar tentu aku kenal. Namun ada om yang menyapa ramah kemudian membelai daguku. Mungkin gemas atau apa, tapi aku tidak nyaman. Terlebih lagi di usia itu menurutku sudah tidak pantas dibelai dagunya seperti anak kecil. Aku bahkan sudah akil baligh. Aku hanya berjanji pada diri sendiri untuk lebih menjaga jarak dan menghindar di lain waktu.

Poin: Kita harus tau batasan sentuhan/ skinship yang wajar. Anak balita biasa dibelai pipi bahkan dipeluk oleh teman-teman orang tuanya, namun jika anak tersebut sudah akil baligh apakah masih wajar?


3. Ada yang nempel-nempel waktu di pameran
Saat kuliah di Jogja, beberapa kali aku datang ke event tahunan pameran elektronik di JEC (Jogja Expo Center). Suatu ketika aku datang ke pameran berdua saja bersama pacar. Aku berniat mencari kamera digital waktu itu. Pameran sangat penuh di setiap penjuru. Kadang ada kerumunan di salah satu stand yang menghambat jalan. Di salah satu kerumunan itu aku berhenti untuk melihat-lihat produk yang ditawarkan. Aku dan pacarku berdiri bersisian. Tiba-tiba aku merasa ada yang menyentuh (maaf) pantatku. Bukan sentuhan tangan, tapi anggota badan (entah apa ya 😖). Sentuhan terasa hilang timbul seakan orang di belakangku maju mundur. Aku berusaha cuek karena mungkin orang di belakangku hanya lewat dan akan segera berlalu. Tak disangka hal itu bertahan cukup lama. Aku menunggu beberapa menit dan melihat jam untuk mengetahui batas kewajarannya. Akhirnya di menit ke 3 aku tidak tahan dan bicara lirih pada pacarku. Otomatis dia pindah ke belakangku untuk 'defense'. Aku bersyukur karena itu.

Poin: Cerita 'ditempel' ini banyak terjadi dimana-mana terutama tempat yang ramai. Ketika tidak ada orang atau teman yang bisa menolong, sebaiknya langsung pergi dengan ekspresi biasa dan berbaur dengan keramaian lain.


4. Duduk dengan pria genit di dalam bus
Kejadian ini terjadi lebih dari sekali. Kalau diingat-ingat mungkin 3 kali. Pertama di rute Salatiga-Jogja. Rute ini aku tempuh dari rumah ke kota tempat kuliah. Aku bersebelahan dengan bapak-bapak berjaket kulit yang tampak mengantuk/ tidur. Bapak itu duduk bersedekap rapi. Aku menyandarkan tubuh seperti biasa. Namun, tiba-tiba aku merasakan sentuhan di bagian samping dada dekat dengan bapak tersebut. Bapak itu masih tampak (pura-pura) tidur dan bersedekap. Terasa lagi satu sampai dua kali, akhirnya aku menjauh dan pakai jaket. Tak lupa aku ikut bersedekap rapat dan mendorong-dorong tangan jahatnya. 
Pengalaman kali ke-2 di rute Jogja-Surabaya sedangkan yang ke-3 di rute Sukabumi-Cianjur. Intinya adalah pria di sampingku berusaha ramah dan berbincang biasa namun berlanjut kepo yang tidak nyaman. Pria di rute ke-2 menawari makan kacang, bercerita tentang dirinya yang suka tidur dalam bus dan sering berakhir menyandar di kepala penumpang sebelahnya. Nah, yang paling aneh adalah dia menyuruhku melepas saja 'hoodie' jaket agar bisa lihat wajahku. Akhirnya saat ada kesempatan aku pindah duduk di tempat lain. Sementara pria di rute ke-3 lebih banyak bercerita macam-macam, entah berharap aku simpati atau terpancing bercerita juga. Melihat bahasa tubuhnya yang mencurigakan (sedikit condong ke arahku), aku mengabaikannya dan menutup mulut rapat-rapat. Jangan sampai ada bocoran data pribadi apapun termasuk lokasi tempat tinggal. Demi keamanan, aku turun tiba-tiba di satu titik beberapa kilometer sebelum tujuanku dan pindah kendaraan.

Poin: Beberapa penumpang memang mencoba akrab dengan kawan duduknya, sementara yang lain lebih nyaman tidur atau menikmati perjalanan sendiri. Akan tetapi kita perlu waspada jika bersebelahan dengan orang yang membuat tidak nyaman, tindakan maupun perkataan. Sebaiknya segera pindah dan tidak asik membeberkan data pribadi secara tidak langsung.
       https://novostivl.com/post/75706/


5. Pak satpam yang sok dekat
Pengalaman ini aku alami saat bekerja di Bandung. Aku bekerja sebagai technical sales representative waktu itu. Hari-hari pertama bekerja aku berusaha ramah dengan menyapa setiap orang, termasuk satpam maupun OB. Setiap hari sabtu dan minggu aku menghabiskan waktu berlatih menyetir mobil di area sekitar kantor. Aku latihan mobil sendiri maupun dengan pelatih dari kantor, sebut saja Pak Maman. Suatu hari aku bersiap untuk berlatih sendiri dan duduk dalam mobil diawasi Pak Maman dari luar. Tiba-tiba ada seorang satpam yang meminta nomor handphoneku. Aku pikir Pak Maman memintanya untuk berjaga-jaga jika aku ada masalah di jalan. Dengan polos aku berikan nomor handphoneku yang kedua (nomor untuk customer). Sebulan kemudian saat aku ditempatkan sendiri di Kota Cianjur, malam hari ada telepon asing masuk. Aku refleks mengangkatnya karena kupikir dari seorang customer. Rupanya dari pak satpam yang meminta nomorku tempo hari. Bapak itu berbasa-basi, bercerita sedih merasakan kehilangan aku yang tidak di Bandung lagi, juga menjanjikan jalan-jalan bersama-sama di Cianjur. Risih? Pastinya. Telponnya lama sampai kuping panas, akhirnya aku tutup dan pura-pura sibuk. Besok dan besoknya lagi beliau terus menelpon dengan berganti-ganti nomor. Awalnya aku masih sopan, lama-lama langsung aku reject karena aku sadar penolakanku tidak akan berpengaruh pada posisiku di perusahaan. Setelah akhirnya resign aku membuang simcard keduaku dan tidak pernah dihubungi lagi.

Poin: Perasaan suka atau jatuh cinta itu tidak salah, tapi mengajak untuk kencan di kota asing pada obrolan pertama rasanya terlalu menakutkan. Aku bahkan tidak mengingat wajahnya karena, jujur, ada banyak satpam selain dia di kantor. Kenalan secara langsung juga tidak pernah. Ramah boleh, polos jangan!


6. Pria kepo di pinggir jalan
Pasca resign dari Bandung aku kembali bekerja di Semarang. Bahasa, makanan, suasana dan kultur budaya yang lebih familiar membuatku lebih betah ketimbang di Bandung. Suatu hari aku baru saja kembali dari rumahku di Salatiga untuk menuju kontrakan di Semarang. Aku naik bus rute Solo-Semarang dan turun di daerah Banyumanik karena bus akan masuk ke jalur tol Semarang. Waktu itu hari senja menjelang maghrib ketika aku berdiri di halte untuk menunggu bus kecil rute kota. Beberapa meter dari halte ada spot parkir taksi Blue Bird. Saat itu tahun 2016 dan belum ramai gojek/ grab disana. Aku menunggu sendirian sampai datang seorang pria berpenampilan biasa, cenderung lusuh dengan ransel dan koran di tangan. Dia mengaku sedang menunggu bus kecil yang sama denganku. Dia mulai basa basi perkenalan, juga bercerita tempat dia kerja dan seakan-akan memastikan aku benar tau tempatnya. Aku cuma manggut-manggut asal. Bus kecil tak kunjung datang sementara hari mulai gelap, pun tidak ada orang lain di halte remang itu. Pria itu masih berbasa-basi dan akhirnya meminta nomor handphoneku untuk ditulis di koran yang dia bawa. Katanya untuk pertemanan sesama perantau di Semarang. Aku menolak, tapi dia memaksa. Aku lantas menulis sebuah nomor handphone hasil mengarang dadakan. Dia masih tidak puas dan memastikan. Akhirnya karena tidak tahan, aku spontan setengah berlari menuju spot Blue Bird tanpa menggubris pertanyaannya "mau kemana?". Meski harus merogoh kocek 6x lipat untuk taksi, aku merasa pilihanku untuk 'kabur' adalah benar.

Poin: Rasa tidak nyaman karena ditanya-tanya dan dipaksa respon, tidak ada orang lain, di tempat gelap pula, sudah cukup sinyal bahaya yang aku terima. Hal itulah yang mendorongku untuk segera pergi dengan taksi. Uang bisa dicari lagi dan keselamatan itu lebih penting.


7. Senior yang bikin risih
Cerita ini teringat saat membaca satu cerita di webtoon. Aku sedang bekerja sebagai salah satu panitia acara seminar yang mengundang peserta dari berbagai kota. Setiap peserta membawa dokumen untuk diberikan cap di lokasi seminar. Aku bertemu seorang senior yang lupa menyerahkan dokumen ke resepsionis dan akhirnya menitipkan padaku. Senior tersebut senyum-senyum dan seolah teringat orang lain yang mirip denganku. Saat acara seminar berakhir dan aku harus membagikan sertifikat, rupanya para peserta sudah berbondong-bondong keluar sebelum aku menata sertifikat di meja. Aku pun membagikan sertifikat dengan buru-buru. Sial, sertifikat si senior terselip (karena buru-buru tadi) entah dimana. Dengan sedikit kesal senior memutuskan untuk keluar ishoma sebentar. Saat senior itu kembali aku sudah menemukan sertifikatnya. Senior tersebut lantas mengajakku berfoto bersama sebagai 'hukuman' sertifikatnya sempat terselip. Aku malas sebenarnya, namun tidak enak hati menolak. Beberapa bulan kemudian ada acara serupa dan kebetulan aku menjadi CP (contact person) cadangan. Di jaman modern ini semua peserta akan konfirmasi kehadiran melalui Whatsapp dan umumnya menghubungi CP pertama, sehingga aku abai dengan inbox-ku. Rupanya ada SMS dari si senior. Senior tersebut menanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah dijelaskan di edaran poster acara. SMS pertama hanya bertanya. SMS kedua baru dia memperkenalkan namanya. Aku tidak menjawab kedua SMS itu, karena logikaku mengatakan orang itu hanya mengada-ada untuk bisa ngobrol. Berikutnya di lokasi acara si senior menghampiriku untuk protes karena pesannya tidak dibalas dan bersikap 'ngambek'. Aku tidak menggubrisnya tentu saja. Bodo amat, aku sudah punya suami dan kewajibanku tentu saja pada suamiku, bukan mengurusi ngambeknya pria lain.

Poin: Ketika kita tidak nyaman dengan orang lain, bersikap/ katakan saja maksud dengan jelas. Tidak perlu merasa sungkan atau ragu. Senior maupun atasan yang profesional pastinya tidak pernah bersikap tidak nyaman pada kita secara pribadi.


Itulah beberapa pengalamanku yang mungkin belum sampai benar-benar terjadi pelecehan (amit-amit) tapi sebagai wanita yang peka aku bisa merasakan sinyal-sinyal bahaya jika interaksi tidak dihentikan. Suitan-suitan jahil maupun ejekan verbal mengenai bentuk tubuh (bodyshaming) sebenarnya bisa dimasukkan dalam bentuk pelecehan, hanya saja aku tidak membahasnya disini. Lain waktu aku akan memberikan tips bepergian sendiri untuk wanita agar lebih aman dan nyaman 😊 Terima kasih..

Komentar

  1. Ada poin penting lain yg harus diperhatikan juga fid.
    Nda semua perempuan se-berani kamu bisa langsung merespon/menolak jenis pelecehan halus yg dilakukan dg sengaja. Kebanyakan bungkam, dg dalih tidak mau menyebar aib ataupun memang tidak bisa bertindak apa apa saat pelecehan terjadi (freezing).
    Tapi semoga dg sharing kamu ini, banyak yg langsung tanggap dan berani menyuarakan TIDAK ketika hal itu tampak/terjadi dengannya

    BalasHapus
  2. Terimakasih tanggapannya Dan. Iya, karena karakter orang beda-beda pastinya ada yang tidak seberani itu atau bahkan tidak sadar kalau sedang diganggu. Amin untuk doanya..

    BalasHapus
  3. Casino de Santa Anita, Texas, USA - MapyRO
    MapyRO® is a directory of casino 거제 출장안마 activities located in Santa Anita, Texas, USA, on 원주 출장마사지 MapyRO®. MapyRO®, Incorporated, Incorporated 문경 출장샵 owns and 라이브스코어 operates 과천 출장마사지 the Casino de Santa Anita

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nonograms Tutorial, Game yang (Katanya) Sulit

Cerita Unik Penuh Hikmah di Webtoon ‘Tales Of The Unusual’ -part 1-

Cerita Unik Penuh Hikmah di Webtoon 'Tales Of The Unusual' -part 3.end-