Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Berburu Hunian di Jakarta as Millennials (part 3)

Gambar
Minggu pertama bekerja setelah libur Idul Fitri 2019, aku memutuskan menghubungi Pak Ari untuk janji survei lokasi. Tiba-tiba Pak Ari bilang unit sudah habis 😒 namun ada 2 unit tersisa yang belum jelas kepemilikannya. Aku dan suami kemudian tetap survei di hari Sabtu sambil berharap mendapatkan sisa unit. Sebelum berangkat survei suamiku berkata "Hari ini kita tidak keluar uang ya.." dengan maksud tidak terburu-buru membayar DP. Kami masih sedikit trauma dengan pengalaman di Bintara. Berbekal google maps kami mengikuti petunjuk lokasi. Ada dua lokasi yang diberikan Pak Ari, lokasi kavling dan lokasi kantor pemasaran. Aku sudah bisa membaca dari peta kalau lokasi kantor ada di ruko dekat Perumahan Jatinegara Indah, Cakung. Aku memutuskan menuju lokasi kavling terlebih dahulu. "Lho lho lho, ini kan arah lokasi kantor, bukan kavlingnya. Kavlingnya dimana?" Bingung aku membaca peta karena tidak percaya bahwa lokasi kavling sesungguhnya memang ada di area depan

Berburu Hunian di Jakarta as Millennials (part 2)

Gambar
Pembelian rumah di Bintara gagal dan uang 5 juta melayang. Kejadiannya berlangsung sekitar bulan November 2018. Kronologinya sebagai berikut: Sabtu Aku dan suami survei lokasi. Ada dua pilihan rumah waktu itu dengan luas 44 meter persegi 2 lantai namun tanah miring dan pinggir sungai vs rumah 56 meter persegi 1 lantai. Kami berbincang-bincang dengan developer tentang cara pembelian sebelum pulang. Minggu Kami memutuskan membeli rumah yang luasnya 56 meter persegi. Orang tua sempat agak ragu karena merasa luas rumah 56 itu tidak cocok untuk pasangan insinyur dan dokter hewanπŸ˜“ Developer tiba-tiba mengirim pesan whatsapp berupa foto sebuah mobil. Dia memberi keterangan bahwa hari itu ada banyak orang survei dan sepertinya pemilik mobil tersebut tertarik membeli rumah 56. Developer ini sengaja bikin panas πŸ˜’ Senin Aku mentransfer uang deposit 5 juta rupiah dan berniat mengambil kuitansinya saat weekend. Seingatku pihak developer tidak bisa mengirimkan kuitansi tersebut k

Berburu Hunian di Jakarta as Millennials (part 1)

Gambar
Siapa sih yang nggak pengen punya rumah, pasti semua pengen punya rumah. Ini adalah ceritaku mencari hunian atau rumah masa depan di Jakarta. Iya, Jakarta, yang padat itu, yang macet itu, yang pemandangan cuma gedung, yang saluran gotnya bau dan sungainya kotor. Dulu awalnya aku pikir akan sulit menemukan rumah di Jakarta karena tidak adanya lahan, tapi....ternyata masih banyak dan bahkan ada pembangunan cluster-cluster baru. Tinggal siapkan uang milyaran saja, yang kita kaum milenial dengan pengalaman kerja baru seumur jagung mana mampu beli πŸ˜… Aku mulai ingin mencari rumah sejak menikah bulan Agustus 2018. Aku mulai survei kecil-kecilan dan bertanya pada orang-orang. Sayangnya respon yang kudapat kebanyakan negatif, karena sudah menjadi semacam tradisi bahwa orang kerja di Jakarta itu beli rumahnya ya di Bogor, Bekasi, atau Depok dan Tangerang. Beli di Jakarta itu dianggap semacam mimpi di siang bolong. Kebetulan kantorku ada di daerah Rawamangun dan suami bekerja di daerah P

1 tahun ++ Hidup di Jakarta (part 2)

Di suatu pasar, "mangganya berapa Pak?" "tiga puluh ribu Neng" "ko mahal sih Pak, biasanya dua puluh ribu?" "Neng tadi kesini jalan kaki?" "iya jalan kaki Pak" "ya udah dua puluh ribu aja, kirain Neng naik mobil" "....." Itu adalah salah satu cerita pengalaman temen yang lagi mau beli buah di pasar dekat kosannya. Mungkin karena dia berkulit putih, tampah bersih dan necis (padahal dia bilang cuma pakai baju rumahan aja) jadinya dikasih harga mahal hanya karena dikira naik mobil. Well...well... betapa tampilanmu itu menentukan segalanya. Jadi teringat pengalaman ke Jakarta untuk wawacara kerja sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu aku numpang menginap di rumah saudara dan disana ada ART yang cukup ceriwis. Dia menanyaiku apakah aku berasal dari Jawa. Bisa jadi waktu itu cara bicaraku masih 'medhok' banget dan aku ingat bercermin waktu itu kelihatan dekil plus kusam. Kalah jauh sama anak-anak saudar