1 tahun ++ Hidup di Jakarta (part 2)

Di suatu pasar,
"mangganya berapa Pak?"
"tiga puluh ribu Neng"
"ko mahal sih Pak, biasanya dua puluh ribu?"
"Neng tadi kesini jalan kaki?"
"iya jalan kaki Pak"
"ya udah dua puluh ribu aja, kirain Neng naik mobil"
"....."

Itu adalah salah satu cerita pengalaman temen yang lagi mau beli buah di pasar dekat kosannya. Mungkin karena dia berkulit putih, tampah bersih dan necis (padahal dia bilang cuma pakai baju rumahan aja) jadinya dikasih harga mahal hanya karena dikira naik mobil. Well...well... betapa tampilanmu itu menentukan segalanya.

Jadi teringat pengalaman ke Jakarta untuk wawacara kerja sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu aku numpang menginap di rumah saudara dan disana ada ART yang cukup ceriwis. Dia menanyaiku apakah aku berasal dari Jawa. Bisa jadi waktu itu cara bicaraku masih 'medhok' banget dan aku ingat bercermin waktu itu kelihatan dekil plus kusam. Kalah jauh sama anak-anak saudaraku yang putih bersinar glowing bak pemeran iklan susu formula. Otomatis pertanyaan 'Jawa' itu terdengar seperti meremehkan. Aku yakin semua pendatang di Jakarta pasti sakit hati awal-awal ditanya seperti itu. Jawa, jawa, jawa. Apakah Jakarta ini ada di pulau lain selain Jawa??

Sebenarnya ada banyak pengalaman lain terkait penampilan yang sangat mempengaruhi selama hidup di Jakarta, dan seriusan kalau nggak kuat iman mata ini bisa 'ijo' semua. Paling greget itu kalau lagi pengen barang brand tertentu yang harganya masih yaa..affordable meski harus nabung dulu, tapi ternyata semua orang besoknya udah pakai. Auto merasa "aku ada di planet mana? kenapa semua orang so fashionable?" dan jadi bertanya-tanya "apa iya aku harus hidup mengikuti gaya seperti itu? bisa nggak kalau aku hidup sederhana aja?" karena mengikuti gaya itu jujur capek. Boncos juga. Nabung nggak, boncos iya, besoknya udah ganti tren. Mantap kan?!

Anyways, hidup di Jakarta ternyata nggak sekejam 'itu'. Nggak selalu orang daerah datang dengan rambut dikepang auto dibully dan disakiti. Di lingkungan perkampungan atau perumahan hampir semua penduduk itu pendatang juga. Berjalan di trotoar atau tempat keramaian pun nggak serta merta ada preman kasar nggak jelas (oke, kayaknya aku kebanyakan nonton sinetron). Dimanapun asalkan kita mawas diri, bisa berpenampilan baik, bertutur kata sopan, dan tidak terlihat lugu, pasti bisa menikmati tinggal di kota manapun. Sekian :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nonograms Tutorial, Game yang (Katanya) Sulit

Cerita Unik Penuh Hikmah di Webtoon ‘Tales Of The Unusual’ -part 1-

Cerita Unik Penuh Hikmah di Webtoon 'Tales Of The Unusual' -part 3.end-