Postingan

Pengalaman Pribadi Menyikapi Alarm Bahaya/ Pelecehan

Gambar
Aku putuskan menuliskan ini setelah merasa gemas sekaligus risih dengan berita-berita maupun video sharing tentang pelecehan seksual yang berujung pemerkosaan/ pembunuhan. Ih..serem banget ya!! Aku adalah wanita usia 29 tahun dan sudah pernah tinggal mandiri jauh dari orang tua di 6 kota berbeda. Berbagai pengalaman tidak menyenangkan terkait pelecehan sudah pernah aku alami dan Alhamdulillah aku bisa mengatasinya. Berikut beberapa pengalamanku yang mungkin bisa jadi inspirasi buat teman-teman wanita agar terhindar dari pelecehan. 1. Guru yang suka senyum Kejadian ini terjadi saat aku masih kecil di Kota Malang. Aku masih kelas 1 SD waktu itu dan diikutkan ibu untuk belajar mengaji di masjid dekat rumah. Ada satu guru yang mengajar, guru laki-laki. Aku dan beberapa teman (perempuan) mengaji tiap sore 2-3x seminggu. Mungkin saat kecil tingkat kewaspadaanku sudah tinggi, aku merasa aneh melihat guruku sering senyum genit sambil bergurau pada kami murid-muridnya. Hal itu cukup sering dan

Lolos SKD CPNS Lalu Apa??

Gambar
Setelah sebelumnya aku menulis tentang SKD CPNS, kali ini aku akan melanjutkan cerita tentang SKB dan bagaimana perjalanan dari CPNS menuju PNS dengan jabatan fungsional khusus. Prosesnya tidak singkat, 2 tahun. 😌 CPNS Kementan 2017 dari alumni UGM Sedikit cerita setelah lolos nilai ambang batas SKD, beberapa hari kemudian diumumkan peserta yang benar-benar lolos untuk mengikuti SKB. Jumlah peserta SKB adalah kuota asli penerimaan dikalikan 3. Tahun 2017 BBUSKP membuka kuota 4 orang untuk jabatan Medik Veteriner, sehingga peserta yang berhak mengikuti SKB adalah 4x3=12 orang dari ranking teratas nasional. Beruntung aku masuk dalam 12 orang tersebut. Aku mengikuti tes SKB di kota istimewa idaman semua orang, dimana lagi kalau bukan Yogyakarta. Jadi untuk proses SKB panitia hanya menyelenggarakan di beberapa kota besar saja karena jumlah peserta tentunya tidak sebanyak SKD. Alhamdulillah, meski nilai SKBku rata-rata saja, aku masih lolos di ranking 3 dari bantuan nilai SKD (SKD

Pengalaman Pribadi: Lolos CPNS 2017, Tips dan Cara Belajar SKD

Gambar
Antusiasme untuk menjadi PNS atau ASN (Aparatur Sipil Negara) tidak pernah surut di setiap tahunnya. Perbaruan sistem seleksi menjadi CAT ( Computer Assisted Test ) selain mempermudah juga membantu peserta agar tersaring secara jujur. Nol rupiah. Namaku Fidyah, dan aku lolos CPNS di Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian tahun 2017. Berikut adalah pengalamanku bisa lolos CPNS secara jujur. Aku lulus sebagai dokter hewan persis di akhir tahun 2014. Tahun 2015 adalah awal mula aku menapaki dunia kerja, tapi tidak terbersit setitik pun keinginan menjadi PNS. Orangtuaku bekerja di perusahaan swasta, dan aku pun berpikir untuk mengikuti mereka. Kebetulan di tahun 2015 tidak ada lagi penerimaan CPNS (terakhir 2014) karena masa moratorium. Pilihan untuk dapat bekerja di instansi pemerintah adalah menjadi honorer dan itu pun akan sulit tanpa koneksi (menurutku). Maka aku bekerja di perusahaan swasta dan berpindah ke 2 klinik hewan dalam kurun waktu 3 tahun. Tahun 2016 aku

Berburu Hunian di Jakarta as Millennials (part 3)

Gambar
Minggu pertama bekerja setelah libur Idul Fitri 2019, aku memutuskan menghubungi Pak Ari untuk janji survei lokasi. Tiba-tiba Pak Ari bilang unit sudah habis 😒 namun ada 2 unit tersisa yang belum jelas kepemilikannya. Aku dan suami kemudian tetap survei di hari Sabtu sambil berharap mendapatkan sisa unit. Sebelum berangkat survei suamiku berkata "Hari ini kita tidak keluar uang ya.." dengan maksud tidak terburu-buru membayar DP. Kami masih sedikit trauma dengan pengalaman di Bintara. Berbekal google maps kami mengikuti petunjuk lokasi. Ada dua lokasi yang diberikan Pak Ari, lokasi kavling dan lokasi kantor pemasaran. Aku sudah bisa membaca dari peta kalau lokasi kantor ada di ruko dekat Perumahan Jatinegara Indah, Cakung. Aku memutuskan menuju lokasi kavling terlebih dahulu. "Lho lho lho, ini kan arah lokasi kantor, bukan kavlingnya. Kavlingnya dimana?" Bingung aku membaca peta karena tidak percaya bahwa lokasi kavling sesungguhnya memang ada di area depan

Berburu Hunian di Jakarta as Millennials (part 2)

Gambar
Pembelian rumah di Bintara gagal dan uang 5 juta melayang. Kejadiannya berlangsung sekitar bulan November 2018. Kronologinya sebagai berikut: Sabtu Aku dan suami survei lokasi. Ada dua pilihan rumah waktu itu dengan luas 44 meter persegi 2 lantai namun tanah miring dan pinggir sungai vs rumah 56 meter persegi 1 lantai. Kami berbincang-bincang dengan developer tentang cara pembelian sebelum pulang. Minggu Kami memutuskan membeli rumah yang luasnya 56 meter persegi. Orang tua sempat agak ragu karena merasa luas rumah 56 itu tidak cocok untuk pasangan insinyur dan dokter hewanπŸ˜“ Developer tiba-tiba mengirim pesan whatsapp berupa foto sebuah mobil. Dia memberi keterangan bahwa hari itu ada banyak orang survei dan sepertinya pemilik mobil tersebut tertarik membeli rumah 56. Developer ini sengaja bikin panas πŸ˜’ Senin Aku mentransfer uang deposit 5 juta rupiah dan berniat mengambil kuitansinya saat weekend. Seingatku pihak developer tidak bisa mengirimkan kuitansi tersebut k

Berburu Hunian di Jakarta as Millennials (part 1)

Gambar
Siapa sih yang nggak pengen punya rumah, pasti semua pengen punya rumah. Ini adalah ceritaku mencari hunian atau rumah masa depan di Jakarta. Iya, Jakarta, yang padat itu, yang macet itu, yang pemandangan cuma gedung, yang saluran gotnya bau dan sungainya kotor. Dulu awalnya aku pikir akan sulit menemukan rumah di Jakarta karena tidak adanya lahan, tapi....ternyata masih banyak dan bahkan ada pembangunan cluster-cluster baru. Tinggal siapkan uang milyaran saja, yang kita kaum milenial dengan pengalaman kerja baru seumur jagung mana mampu beli πŸ˜… Aku mulai ingin mencari rumah sejak menikah bulan Agustus 2018. Aku mulai survei kecil-kecilan dan bertanya pada orang-orang. Sayangnya respon yang kudapat kebanyakan negatif, karena sudah menjadi semacam tradisi bahwa orang kerja di Jakarta itu beli rumahnya ya di Bogor, Bekasi, atau Depok dan Tangerang. Beli di Jakarta itu dianggap semacam mimpi di siang bolong. Kebetulan kantorku ada di daerah Rawamangun dan suami bekerja di daerah P

1 tahun ++ Hidup di Jakarta (part 2)

Di suatu pasar, "mangganya berapa Pak?" "tiga puluh ribu Neng" "ko mahal sih Pak, biasanya dua puluh ribu?" "Neng tadi kesini jalan kaki?" "iya jalan kaki Pak" "ya udah dua puluh ribu aja, kirain Neng naik mobil" "....." Itu adalah salah satu cerita pengalaman temen yang lagi mau beli buah di pasar dekat kosannya. Mungkin karena dia berkulit putih, tampah bersih dan necis (padahal dia bilang cuma pakai baju rumahan aja) jadinya dikasih harga mahal hanya karena dikira naik mobil. Well...well... betapa tampilanmu itu menentukan segalanya. Jadi teringat pengalaman ke Jakarta untuk wawacara kerja sekitar 4 tahun lalu. Waktu itu aku numpang menginap di rumah saudara dan disana ada ART yang cukup ceriwis. Dia menanyaiku apakah aku berasal dari Jawa. Bisa jadi waktu itu cara bicaraku masih 'medhok' banget dan aku ingat bercermin waktu itu kelihatan dekil plus kusam. Kalah jauh sama anak-anak saudar